Segalanya adalah cermin

Seringkali memang ada retak menghiasi bayangan kita dalam kaca. Dalam dekapan ukhuwah, kita diajarkan bahwa retak itu bukan terletak pada sang kaca. Retak itu justru mungkin terdapat pada sekujur diri kita yang sedang berdiri di depannya. Lalu kita pun merapikan diri lagi, menata jiwa, merekatkan retakan-retakan itu hingga sang bayangan turut menjadi utuh.

Makna bercermin tak berhenti di situ. Dalam dekapan ukhuwah, kita juga tahu, menjadikan sesama peyakin sebagai cermin berarti melihat dengan seksama. Lalu saat kita menemukan hal-hal yang tak terkenan di hati dalam gambaran itu, kita tahu bahwa yang harus kita benahi bukanlah sang bayang-bayang. Kita tahu, yang harus dibenahi adalah diri kita yang sedang mengaca. Yang harus diperbaiki bukan sesama yang kita temukan celanya, melainkan pribadi kita yang sedang bercermin padanya.

Continue reading Segalanya adalah cermin